Sabtu, 30 Juli 2011

Perjalanan Boston-New York-D.C.





Ketika berangkat menuju USA untuk seminar ilmiah di Boston - USA, saya sudah berniat hanya konsentrasi di wilayah Boston dengan alasan saya ingin mencari dokumen, buku yang berkaitan dengan program S3 atau doktoral yang saya tempuh. Menurut saya, di Universitas Harvard dan sekitarnya memang surga buku. Namun dua hari pertama, peta pencarian data itu sudah terekam jelas sehingga saya jadi penasaran karena teman-teman dari berbagai negara sudah merencanakan akan pergi ke New York dan Washington D.C. (Di USA lebih familiar kita menyebutnya dengan DC saja).
Alhasil ego advonturir saya lebih dominan dan mengalahkan soal data...saya bergegas mencari tau perjalanan antara Boston-New York-DC setelah seminar ilmiah selesai. Saya memutuskan naik bus malam dengan tujuan menikmati wilayah perjalanan antara Boston ke New York ke DC dan sebaliknya.
Saya masih punya waktu 3 hari penuh yang tersisa namun sudah banyak rencana yang saya buat untuk dua hari di Boston berkaitan dengan pencarian dokumen sehingga saya hanya punya waktu 2 malam dan 1 hari saja untuk berkelana antara Boston-New York dan DC.
Jam 8 malam waktu setempat saya sudah di stasiun bus Boston,dan tujuan tidak langsung DC tapi New York, saya ingin melihat suasana malam di New York dan jam 1 malam saya sudah di New York dan saya melanjutkan perjalanan ke DC yang sudah saya capai jam 5 pagi waktu setempat.
Saya merasa menjadi Backpacker (Semua barang saya tinggal di Hotel di Boston karena tiket kembali saya juga di Boston)saya lansung ke White House, Beberapa Art Museum di DC dan siang saya sudah kembali jam 1 an saya kembali saya ke New York, sebenarnya ada niat untuk bermalam di New York saja tapi kok saya nggak begitu suka dengan suasana New York (saya malah suka melihat wilayah antara Boston-New York and DC seperti New Jersey)sehingga saya tetap ingin kembali ke Boston dan tengah malam juga saya sudah kembali ke hotel saya di Boston.
Bus yang saya tumpangi cukup nyaman dengan harga tiket sekitar US $ 35 sehingga PP sekitar US $ 140. Kalau kita lapar, maka bus ini akan berhenti di satu tempat untuk makan dan minum dan saya merasa nyaman ketika berada di bus tersebut baik pulang atau pergi.
Saya tidak bisa merasakan seluruhnya bagaimana alam di USA ini karena USA seperti Negara Indonesia sebagai benua yang besar dan terhubung menjadi satu daratan berbeda dengan Indonesia yang menjadi sebuah negara kepulauan terdiri atas pulau besar dan kecil. Sayapun hanya mengunjungi wilayah yang hanya menjadi bagian kecil wilayah USA yang besar dan dalam waktu yang singkat.
Setiap beberapa negara bagian wilayah USA menjadi satu kesatuan wilayah yang secara geografis memiliki ciri yang sama sehingga perbedaan budaya dan secara geografis tidak terlalu tajam perbedaannya seperti wilayah Indonesia.
Bagaimanapun jiwa petualang saya tetap ada dan itu saya rasakan bagaimana inginnya saya melakukan perjalanan ini.

Naik Sepeda di MONAS

Malam minggu biasanya saya isi dengan mengajar anak tetangga yang terkait dengan pelajaran sekolah. Kebiasaan ini saya lakukan sejak 2001,walau lokasinya berpindah seiring dengan tempat tinggal yang di sekitar Jakarta, Depok n Bekasi. Namun kegiatan ini terputus karena sejak saya kembali ke Jakarta tahun 2003 baru saya saya bisa mengajar kembali di tahun 2011 ini.
Saya memang penyuka anak kecil,kali ini rombongan kecil yang berjumlah 9 orang anak kecil cewek n cowok saya ajak bersepeda di Monas. Berkumpul dengan mereka, melakukan sebuah aktivitas fisik dengan bersepeda membuat saya tertawa lucu dan gemas dengan tingkah mereka yang manja dan spontan. Masalahnya sepedanya adalah sepeda gandeng yang terdiri dari 2 atau 3 pengemudi sehingga membuat anak kecil itu harus beradaptasi dengan sepeda itu.
Namun kawasan dalam Monas sekarang sangat ramai dengan orang yang berjualan kaki lima, membuat saya khawatir dengan rombongan kecil yang bisa terselip hilang di tengah keramaian manusia yang datang ke Monas. Jakarta memang agak sulit untuk dapat membuat warganya leluasa beraktivitas diluar rumah kecuali aktivitas bekerja.

Ciapus : Sepenggal Memori Lama


Bercerita Bogor, Ada sebuah tempat yang saya sukai sejak SMA yaitu sebuah air terjun di Ciapus (kali ni saya lupa tepatnya soal nama dan desanya) namun yang pasti di Bogor. Tetapi Air terjun yang satu ini sering saya datangi,untuk menikmati perjalanan di atas batunya yang beragam. Kalau sudah melangkah di atas batu, tubuh saya serasa melayang seperti bola bekel karena saya akan memilih batu yang enak saya pijak dengan gerakan langkah dua kaki yang terayun sangat ringan sehingga saya berusaha memberi irama ayunan kaki yang melangkah supaya tidak terputus gerakannya. WOW....asyik.....

Tentu saja saya akan keluar dari rombongan atau grup pencinta alam SMA untuk bisa menempuh batu ke arah air terjun.
Saking cintanya, saya selalu berusaha bolos SMA untuk menikmati air terjun ini dan tentu saja grup kecil saya adalah para cowok SMA karena teman sekelas cewek SMA saya tidak mau saya ajak ke Air Terjun???Berangkat dari rumah di waktu sekolah dan pulang ke rumah sore jam 5 membuat saya aman pergi ke Ciapus. ASyik banget....

Namun akhirnya kesan pesan teman sekelas membuat saya menjadi nyengir sendiri. Saya yang sering terlambat masuk sekolah di pagi hari, berlama-lama di kantin sehingga masuk kelas pun terlambat lagi,senang bolos, lupa memimpin salam di siang hari ketika waktu pulang dipilih oleh mereka menjadi ketua kelas dan mereka menyampaikan sebagai ketua kelas bukan ngajarin yang bagus malah ngajarin yang nggak bagus? Lagian ...siapa yang maksa saya jadi ketua kelas ha...****

Selasa, 26 Juli 2011

Menikmati Perjalanan Ke dan Dari Buitenzorg (Bogor)

Dalam bulan ini, Bogor atau kota yang sejak zaman Hindia Belanda dikenal sebagai nama Buitenzorg, dua kali saya datangi dengan lokasi yang berdekatan yaitu Dramaga dan Leuwilliang. Pertama saya ke Dramaga atau Dermaga (namun tertera di Peta Jalan ada yang menyebutnya sebagai Dermaga atau Dramaga) untuk menghadiri sebuah promosi Doktor seorang rekan di jurusan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di Dramaga dan yang kedua demo make-up di Leuwilliang atas permintaan sebuah produk kosmetika.
Dengan mobil, saya mendatangi Dermaga melalui tol arah Jakarta ke Baranangsiang, ternyata dari arah ini kemacetan menuju arah Dramaga semakin bertambah. Saya tidak bisa menikmati pemandangan Bogor Kota-Dramaga karena selain menyetir sendiri, kalau sudah macet kosentrasi jadi bertambah untuk menyetir. Namun arah pulang dari Bogor, saya putuskan untuk mengambil arah Yasmin supaya keluar dari tol sentul ke arah Jakarta, sehingga saya mengambil bagian belakang kampus IPB supaya bisa menikmati pemandangan gunung dan sawah.
Berikutnya ketika saya menyusuri arah Leuwilliang maka saya putuskan mengambil tol keluar di Sentul Selatan, lumayan untuk menghindari macet Bogor Kota, bisa melihat sungai dan penduduk antara Dramaga dan Leuwilliang begitu juga pulang dari Leuwilliang ke Jakarta. Namun sepertinya saya tidak mendapatkan pemandangan yang menyenangkan seperti dari arah belakang IPB. Sebuah keaslian pemandangan alam yang selalu saya bisa nikmati, sebuah gunung, sawah, sungai dan batu yang besar dan udaranya yang sejuk.

Aplikasi Produk Kosmetik

Aplikasi produk kosmetika sebenarnya memiliki dasar kesamaan dalam penggunaannya. Namun yang perlu diperhatikan bahwa dalam setiap pengapilkasiannya produk tetap memiliki persamaan dan perbedaan. Sebagai contoh Produk base make-up seperti foundation itu cepat mengering bila kita sudah pulas ke wajah klien? Bila demikian maka ada baik kita melakukan teknik dengan cara mengulaskan perbagian pada wajah berbeda bila foundation itu tidak cepat kering maka kita dapat memulaskan dengan secara cepat merata ke seluruh wajah klien.
Memiliki beragam teknik sangat membantu kita dalam mengaplikasikan berbagai produk kosmetika yang terdapat di pasaran. Seperti 18 Juli 2011 ini, saya melakukan demo make-up dari sebuah produk kosmetika bagi masyarakat Leuwilliang. Leuwiliang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Dasar teknik harus kita miliki untuk mendapatkan hasil yang maksimal termasuk mengenal dengan baik karakter dasar sebuah produk kosmetika itu sendiri. Bagaimana dengan anda? Selamat mencoba...

Sabtu, 09 Juli 2011

Dibalik Pemilihan Abang None Cilik Darmawangsa Square



Banyak hal yang dapat kita ambil dari sebuah perlombaan busana Daerah seperti dalam Pemilihan Abang None Cilik di Darmawangsa Square Juni 2011, yaitu menumbuhkan keberanian anak, mengenal dan mencintai tradisi budaya daerah.
Kalah menang adalah hal biasa dan menjadi sisi bonus positif untuk menerima kenyataan untuk terus berusaha. Jadi tanamkan dalam diri anak untuk bisa menerima baik itu sebuah kemenangan atau kekalahan dengan positif yang dampaknya akan berguna bagi anak itu sendiri.
Semoga kita juga tidak hanya melihat bukan dari kemewahan yang ditampilkan dalam sebuah lomba busana tetapi banyak nilai lain yang kita petik untuk pelajaran bagi si anak yang berlomba dan orang tua sebagai pendamping, manajer atau motivator.