Jumat, 11 Maret 2011

Minang, Satu Jalur Kekayaan Alam

Bila kita tiba di Sumatra Barat maka tidak lengkap hanya sampai ke Kota padang tanpa singgah ke Bukit Tinggi. Dalam hal ini alternatif kedatangan yang dapat ditempuh bagi kita paling enak menyusuri jalur ini adalah dengan mobil yaitu mulai dari Bandara melalui jalur arah Solok, Danau Singkarak, Padang Panjang sampai ke Bukit Tinggi.

Dengan jalur ini maka pemandangan beragam kita akan dapatkan mulai dari perumahan penduduk, Danau, bukit, jalan berkelok hingga alternatif makanan yang beragam dari markisa, ikan bilis, sate mak syukur, dendeng batokok hingga di Bukit Tinggi yaitu Pical Sikai sampai Nasi Kapau, kemudian macam2karupuak(kerupuk)sanjai,kaliang,jangek...hmmm...jadi lapar nih. Namun tentu saja jalur ini merupakan jalur darat yang sangat panjang dari Kota Padang hingga Bukit Tinggi.

Keistimewaan pemandangan alam di Bukit Tinggi berupa Lembah Ngarai Sianok dan Gua Jepang yang dapat menyesatkan manusia didalamnya karena gua itu cukup dalam, panjang dan seperti tidak berujung yang dikenal sebagai Lubang Jepang Bukit Tinggi.
Namun alternatif kepulangan melalui jalur yang berbeda yaitu melewati Lembah Anai, suatu pemandangan yang sangat elok dari Lembah dihiasi oleh air terjun sehingga sangat berbeda dengan jalur keberangkatan.

Setelah itu baru turun ke pantai di Kota Padang untuk menambah keragaman alam, selain berada di jalur pantai kita akan menikamti berbagai masakan ikan laut yang pastinya hmmm.... sangat lezat untuk dinikmati...

Kamis, 10 Maret 2011

Masuknya Islam di Daerah Indonesia

Masuknya agama Islam Ke Kepulauan Nusantara menjadi warna tersendiri bagi kebudayaan daerah di Indonesia. Bisa dikatakan Islam Jawa akan berbeda dengan Islam Malaya atau Sumatera diakibatkan proses masuknya agama Islam memiliki cara berbeda yang pada setiap daerah. Hal ini dikatakan oleh M.C. Ricklefs dalam bukunya yang berjudul Sejarah Indonesia Modern (1200-2008).
Dikatakan Oleh MC Ricklefs bahwa Perkembangan Islam dari awal abad XIII hingga awal abad XVI Berawal dari Islam bagian utara Sumatera, sampai ke penghasil rempah-rempah di Indonesia Timur. Daerah-daerah yang paling mantap Islamnya adalah daerah pesisir Sumatera di Selat Malaka,Semenanjung Malaya, pesisir utara Jawa, Brunei, Sulu dan Maluku. Namun demikian tidak semua daerah perdagangan penting berhasil diislamkan seperti Timor dan Sumba sebagai penghasil kayu Cendana.
Dalam Kebudayan sendiri, Masuknya Islam memberi pengaruh dimana ketika Islam berkembang di kepulauan rempah-rempah Maluku Indonesia Timur. Para pedagang muslim dari Jawa dan Melayu menetap di Pesisir Banda, tetapi tidak ada seorangpun raja tinggal disana, dan daerah pedalaman masih dihuni penduduk non-muslim. Ternate, Tidore dan Bacan memakai gelar India 'raja', tetapi penguasa Ternate telah menggunakan gelar 'sultan', dan raja Tidore telah bernama Arab, al-Mansur.

KISAH MUTIARA DARI LOMBOK

Datang ke Lombok,jangan lupa untuk menghiasi tubuh dengan berbagai keindahan mutiara. Mutiara umumnya dibagi atas dua yaitu mutiara air laut dan mutiara air tawar yang bagi penggemar mutiara akan tahu perbedaanya yaitu dari kualitas warna, bentuk,hingga kilau yang muncul dari mutiara itu sendiri.
Mutiara yang paling klasik adalah warna putih,namun warna lain juga menjadi pilihan menarik bagi kita untuk mengenakan sebagai pelengkap pakaian mulai dari gelang,jam tangan, bros, kalung, anting dan giwang atau anting. Ketika kita membeli mutiara,jangan lupa perhatikan untuk pengikat mutiara agar ia tak mudah lepas saat dikenakan baik pada mutiara air laut atau air tawar.
Lebih unik lagi penjual mutiara di Lombok ini sangat attraktiv. Bis Travel yang kami tumpangi akan diikuti oleh mereka mulai dari hotel kami berada hingga kami bepergian ke beberapa tempat. Tidak aneh sebagai kota kecil maka penjual mutiara itu akan mengikuti perjalanan kami ke beberapa tempat dan terus menawarkan dagangannya hingga perjalanan kami di Lombok berakhir. Dan tentu saja membuat kami para wanita lebih banyak lagi mengeluarkan biaya untuk belanja mutiara hingga semua anggota keluarga besar yang tinggalkan kebagian.....

Rabu, 09 Maret 2011

Menyusuri Suku Sade, Nusa Tenggara Barat

Menyusuri sebuah daerah baru sangat menyenangkan tidak terkecuali daerah Nusa Tenggara Barat. Sebuah Daerah yang lokasinya berdekatan dengan Bali, memiliki kemiripan budaya dengan Bali. Namun suasana Nusa Tenggara Barat sudah sangat berbeda walau beberapa lokasi memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Bali. Bali memang sudah menjadi tujuan wisata baik lokal atau internasional beda dengan Nusa Tenggara,maka yang banyak datang ke daerah ini adalah pecinta laut, pantai yang banyak berkunjung ke daerah dengan pantai yang biru, indah, bersih.
Selain pantai yang indah, Nusa Tenggara Barat memiliki desa yang memiliki krakter unik yang berbeda dengan Bali karena Desa-desa pedalaman di Nusa Tenggara Barat dapat berlokasi di pinggir jalan raya dengan bangunan sederhana, tidak memiliki keteraturan pola pemukiman seperti Bali sebagai rumah tinggal dan biasanya dalam satu desa memiliki mushola atau mesjid, lapangan dan kuburan. Salah satu keunikan yang dipertahankan antara lain adalah cara pembuatan lantai yang dianggap sebagai warisan tradisional dengan menggunakan kotoran kerbau sehingga permukaan tanah liat sebagai lantai rumah terlihat licin.
Masyarakat Suku Sade sendiri adalah memeluk agama Islam. Secara umum konsep keagamaan di Nusa Tenggara Barat dikenal sebagai waktu telu dan waktu lima yang menjadikan masyrakat Nusa Tenggara Barat memiliki perpaduan kebudayaan yang sangat berbeda dengan daerah lainnya.